Kontribusi Dari yang Dekat, Mematikan Lampu saat Tidur

(Yogyakarta, 2025) Era modern menuntut penggunaan listrik sebagai modal energi utama untuk aktivitas sehari hari. Penggunaan listrik untuk penerangan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, penggunaan lampu yang berlebihan mengakibatkan pemborosan yang mampu berdampak luas pada krisis energi di kemudian hari. Upaya penghematan penggunaan listrik dapat diupayakan melalui efisiensi listrik pada level rumah tangga. Hal ini dapat dilakukan dari tindakan sederhana seperti mematikan lampu saat tidur. Dengan mematikan lampu saat tidur maka akan menghemat penggunaan listrik dalam kisaran waktu 5 - 8 jam nyala. Hal ini jika dilakukan secara masif, akan mampu menimbulkan kontrol dan kontribusi yang progresif untuk pengurangan gas rumah kaca yang linier dengan pemanasan global. 

Penggunaan energi listrik secara berlebihan mampu mengakibatkan dampak negatif dalam berbagai sektor. Termasuk krisis energi dan peningkatan emisi secara global. Peristiwa ini mampu mendorong pemanasan global secara masif. Kontribusi keluarga sebagai salah satu agen konsumen listrik menjadi arah yang perlu diperhatikan. Menurut International Energy Agency (IEA, 2023), sektor perumahan menyumbang sekitar 30% dari konsumsi listrik global, dengan pencahayaan menjadi salah satu kontributor utama. pengurangan penggunaan listrik juga berdampak pada pengurangan emisi karbon, sejalan dengan upaya mitigasi perubahan iklim. Menurut U.S. Department of Energy (2021), setiap kilowatt-jam listrik yang dihemat berarti sekitar 0,92 pon karbon dioksida (CO2) yang tidak dilepaskan ke atmosfer. Kondisi ini mampu mengurangi pelepasan gas rumah kaca dalam atmosfer yang berdampak pada pemanasan global secara keseluruhan. 

Selain berdampak pada sektor energi dan lingkungan, kebiasaan mematikan lampu saat tidur juga memberikan manfaat signifikan dari aspek kesehatan. Tidur dalam kondisi gelap mendorong produksi optimal hormon melatonin, yaitu hormon yang berperan penting dalam mengatur ritme sirkadian tubuh. Menurut Harvard Medical School, paparan cahaya saat tidur, terutama dari sumber cahaya buatan seperti lampu LED, dapat menekan produksi melatonin dan mengganggu kualitas tidur. Gangguan ini berkaitan dengan peningkatan risiko obesitas, diabetes tipe 2, depresi, hingga penyakit jantung. Penelitian yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences juga menunjukkan bahwa satu malam tidur dengan paparan cahaya ruangan (100 lux) meningkatkan resistensi insulin keesokan paginya dibandingkan tidur dalam kondisi cahaya redup (<3 lux). Paparan cahaya ini juga meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik selama tidur, yang berkontribusi pada gangguan metabolisme. Oleh karena itu, tidur dalam kegelapan tidak hanya berkontribusi terhadap efisiensi energi, tetapi juga mendukung kesehatan fisik dan mental individu.

Berdasarkan berbagai dampak yang terjadi, kecenderungan penggunaan lampu menyala saat tidur relatif memiliki dampak negatif yang dominan. Besar kecilnya dampak tersebut dapat dipengaruhi oleh pola hidup masyarakat dan komunitas yang ada. Dalam rangka mengoptimalkan kontribusi individu terhadap penghematan energi dan mitigasi perubahan iklim, diperlukan langkah-langkah konkret yang dapat diimplementasikan di tingkat rumah tangga. Penerapan kampanye mematikan lampu saat tidur merupakan langkah sederhana yang mampu berdampak besar bila dilaksanakan secara masif oleh masyarakat. Upaya ini memerlukan sinergi antara berbagai pihak, meliputi edukasi dan sosialisasi fundamental pada masyarakat dan generasi muda, serta pemerintah. Kolaborasi antara berbagai pihak mampu menjadikan penghematan energi listrik secara massal dan penurunan emisi karbon sebagai produk samping dari upaya yang dilakukan. 

Oleh : Dani Abyan Adam 

Weekly newsletter
No spam. Just the latest releases and tips, interesting articles, and exclusive interviews in your inbox every week.
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.