Di tengah pesatnya pertumbuhan kota dan pembangunan infrastruktur, ruang terbuka hijau kian sulit ditemukan. Padahal, keberadaan pohon sebagai penyerap karbon dioksida (CO₂) dan penghasil oksigen sangat vital untuk menjaga kualitas udara. Namun apa jadinya jika lahan untuk menanam pohon tak lagi tersedia? Apakah kita benar-benar membutuhkan "pohon" fisik, atau bisa menggantinya dengan inovasi lain?
Salah satu jawaban dari tantangan tersebut datang dari sebuah teknologi futuristik bernama Liquid Tree, sebuah sistem foto-bioreaktor yang mengandalkan mikroalga untuk menyerap polusi dan menghasilkan oksigen. Teknologi ini dikembangkan di Serbia dan telah digunakan sebagai pengganti pohon dalam lingkungan urban yang padat dan sangat terbatas ruangnya.
Liquid Tree adalah sebuah tabung transparan berisi sekitar 600 liter air dan mikroalga, yang berfungsi layaknya pohon. Sistem ini menggunakan teknologi foto-bioreaktor, yang artinya mikroalga di dalamnya melakukan proses fotosintesis dengan bantuan cahaya untuk menyerap karbon dioksida (CO₂) dan menghasilkan oksigen (O₂). Udara kotor dari lingkungan sekitar dipompa ke dalam tabung, disaring secara biologis, lalu dikeluarkan kembali sebagai udara yang lebih bersih.
Tak hanya menyerap CO₂, teknologi ini juga mampu menangkap berbagai polutan udara seperti karbon monoksida (CO), partikulat (PM), bahkan logam berat. Hasil akhirnya bukan hanya udara bersih, tetapi juga biomassa mikroalga yang bisa diolah menjadi biofertilizer (pupuk hayati).
Sebagian kota besar, termasuk di Indonesia, menghadapi tantangan ganda: keterbatasan ruang untuk menanam pohon dan peningkatan tingkat pencemaran udara. Pembangunan gedung, jalan, dan kawasan komersial seringkali meminggirkan fungsi ruang hijau. Di sinilah Liquid Tree hadir sebagai solusi yang kompak, fleksibel, dan cepat bekerja.
Menurut pengembangnya, satu unit Liquid Tree setara dengan satu pohon dewasa atau sekitar 200 meter persegi rumput dalam hal kemampuannya menyerap karbon dan menghasilkan oksigen. Ini menjadikannya sangat efisien dalam konteks urban, terutama pada titik-titik dengan mobilitas tinggi seperti trotoar, halte bus, taman kota kecil, atau bahkan di dalam bangunan publik.
Berikut adalah beberapa keunggulan utama dari teknologi Liquid Tree:
Perlu ditekankan bahwa Liquid Tree bukanlah pengganti pohon secara menyeluruh. Pohon tetap memiliki peran ekologis yang jauh lebih kompleks, seperti menjaga kelembaban tanah, meredam suara, menjadi habitat satwa, hingga memperindah lingkungan secara alami.
Namun, di kawasan urban yang tidak memungkinkan penanaman pohon, Liquid Tree menjadi opsi yang layak untuk mengatasi krisis kualitas udara. Ia bisa melengkapi sistem hijau kota, bukan menggantikannya. Dalam konteks darurat polusi dan keterbatasan ruang, teknologi ini bisa menjadi solusi transformatif dan jangka pendek yang sangat efektif.
Dengan meningkatnya suhu kota dan emisi kendaraan bermotor yang terus meroket, kebutuhan akan inovasi hijau menjadi semakin mendesak. Liquid Tree menunjukkan bahwa teknologi dan alam bisa bersinergi dalam bentuk baru yang efisien, modern, dan berkelanjutan.
Bayangkan bila unit-unit Liquid Tree tersebar di berbagai titik strategis kota: dari depan sekolah, stasiun, mal, hingga kantor pemerintahan. Kota bukan hanya menjadi lebih bersih, tetapi juga menunjukkan komitmen nyata terhadap masa depan yang lebih sehat dan ramah lingkungan.